One day we'll just be a memory for some people, do your best to be a good one

AKU KOK NGGAK GEMUK-GEMUK YA ?

"Kamu kok nggak gemuk Iz...? Why? Kapan gemuknya?"
Hmmm... Pertanyaan ini sering sekali ditanyakan kepadaku, dan jawabanku simpel aja hanya dengan senyum :) hhe, sebab aku sudah capek menjawabnya, juga perasaan... usahaku untuk itu aku rasa sudah maksimal. (bukan berarti menyerah lho ya..)

Berbagai usaha penggemukan sudah pernah aku lakukan (tentu yang alami), namun hasilnya alhamdulillah... tetap belum ada perubahan :P Malah yang unik adalah, timbangan berat badanku sejak aku masuk pesantren sampai sekarang adalah tetap. Laa yazid wa laa yanqush (tidak bertambah tidak pula berkurang).

Dulu aku pikir kurusku adalah sebab sakit, tapi ternyata tidak. Cacingan juga tidak. Ke kamar kecil untuk BAB juga frekuensinya tidak seperti teman-teman yang berbadan gemuk. Lah terus ke mana larinya itu makanan? Kentut doang? :D

Aku pribadi sih sebenarnya tidak terlalu memusingkan soal gemuk atau tidak, namun hanya penasaran saja, sebab secara makanan, menunya, alhamdulillah lebih dari cukup. Sangat mendukung sekali untuk proses penggemukan.

Namun, sebuah momen kemaren waktu membaca-baca buku dan artikel-artikel, membuatku sadar, kalau selama ini, dalam hal bahwa "makan biar gemuk", adalah ternyata cara berpikir yang kurang tepat. Cara berpikir yang sama sekali tidak mencerminkan adanya ketawakkalan. Lah kok? Jauh banget hubungannya? hhe.

Hubungan makan dengan gemuk. hmm... kalau ada yang bilang bahwa makan itu biar gemuk, maka orang seperti ini belum mengerti dengan baik makna kehidupan. Walah :D

iya, sebab makan adalah untuk bertahan hidup, bukan bertahan hidup  untuk makan. Makan adalah salah satu sarana untuk memperkuat punggung agar bisa tegak saat ibadah (maa yasuddu bihir romah). Soal gemuk atau tidak, itu mutlak kembali kepada Allah, bukan wilayah kita.

Lebih kurang tepat lagi bagi yang kurus dan makan apa saja sambil berpikir bahwa makanan yang dia konsumsi tidak akan membahayakan (semisal makanan berkadar gula tinggi dan berkolesterol), karena dia kurus, dan berasumsi bahwa yang bahaya makan kayak gituan cuma orang gemuk yang memang mudah kena obesitas, tensi tekanan darah, dan diabetes. Kasusnya hampir sama dengan soal gemuk penggemukan tadi.

Namun keluar dari semua itu, sebenarnya bagiku pribadi banyak hal positif yang bisa aku rasakan dengan fisikku yang kurus dan kurang proporsional ini (alhamdulillah). Setidaknya aku merasa sangat santri sekali (waktu dulu) yang memang identik dengan tubuh kurus sebab ditengarai sering tirakat (bedanya saja, aku sama sekali tidak tirakat :D)


Ya tetapi tentu saja tetap menyebalkan dan membuat hati dongkol saat ada teman yang gemuk menyinggung kurusku dengan nada yang menghina. Nah saat seperti ini, biasanya aku bungkam teman yang seperti ini dengan fakta dan data, bahwa dalam kitab suci manapun dan ajaran para Nabi tidak ada satupun tuh yang memuji kegemukan, bahkan dalam Taurat disebutkan bahwa Allah Melaknat Ulama' yang gendut, nah.

Alhasil, soal gemuk atau kurus ternyata menjadi pembahasan sendiri dalam ilmu tazkiyatun nafs, ilmu penjernihan hati. Dan bab yang dibahas dalam hal ini sangat lebar sekali. Pada akhirnya adalah intinya bukan pada itu, tetapi pada seberapa ketawakkalan kita dan kejernihan hati kita menanggapi fenomena gemuk atau kurus, juga seberapa sanggup kita untuk tidak mengurus fisik teman.

"Karena Allah tidak melihat pada fisik dan bentuk tubuh, tetapi hanya melihat pada taqwa dan hati seorang hamba itu."

0 comments

Post A Comment