Wahai Ukhti
Dalam pencarianku bila nanti aku menemukan dan memilihmu, Aku lebih memilih diam dalam mencintaimu sebelum engkau halal bagiku itu bukan berarti aku tidak memperhatikanmu, Aku memilih tindakan bukan rayuan karena keromantisan hanya diperbolehkan setelah ada ikatan ijab-qobul pernikahan yang menjadi saksi Allah Yang Maha Rahman, Meskipun aku lebih memilih diam ketika merindukanmu nanti, itu bukan berarti aku tak mengingatmu. kutakut ada Syetan dibalik rasa itu.
Ukhti
Haruskah kau tau jika nanti aku mencintaimu...? Haruskah kau tau jika nanti aku merindukanmu...? Kurasa belum saatnya, tunggu sebentar bila waktunya tiba, Biarlah aku dan Allah saja saat ini yang mengetahuinya. Aku takut salah dalam memposisikannya, Aku takut apabila nafsu ikut bermain dalam perasaan ini
Ukhti
Biarlah rinduku padamu kuungkapkan pada ayat-ayat suci-Nya, Biarlah rasa ini hanya terucap dan terungkap dalam munajatku pada-Nya.
Ada harapan... Ada keinginan... bila telah ku menemukanmu, Untuk megungkapkannya padamu dan segera menghitbahmu (Insya Allah), dalam do'aku telah kubisikkan sebaris namamu wahai ukhti (nama yang belum aku ketahui, yang kupinta wanita yang baik agamanya). Tapi... adakah seorang lelaki sholih yang telah mengkhitbahmu...? Jika belum, izinkanlah aku yang sedang belajar menjadi sholih ini mengkhitbahmu dan menikah denganmu. Sudikah engkau menemaniku mencapai tujuanku, li-abdillah, li-tho'atillah, li-tholabi ridholloh, dalam menyempurnakan separuh agamaku...? menjadi istriku, menjadi ibu dari anak-anakku dan anak-anak kita ?. Dan bersediakah engkau menjadi pendampingku di Dunia yang hanya sementara ini, dan di Akhirat (surga) yang selama-lamanya nanti...?
Semoga nanti Allah mempertemukan kita dengan cara-Nya dengan cara yang dirahmati-Nya. Amin.
Dalam pencarianku bila nanti aku menemukan dan memilihmu, Aku lebih memilih diam dalam mencintaimu sebelum engkau halal bagiku itu bukan berarti aku tidak memperhatikanmu, Aku memilih tindakan bukan rayuan karena keromantisan hanya diperbolehkan setelah ada ikatan ijab-qobul pernikahan yang menjadi saksi Allah Yang Maha Rahman, Meskipun aku lebih memilih diam ketika merindukanmu nanti, itu bukan berarti aku tak mengingatmu. kutakut ada Syetan dibalik rasa itu.
Ukhti
Haruskah kau tau jika nanti aku mencintaimu...? Haruskah kau tau jika nanti aku merindukanmu...? Kurasa belum saatnya, tunggu sebentar bila waktunya tiba, Biarlah aku dan Allah saja saat ini yang mengetahuinya. Aku takut salah dalam memposisikannya, Aku takut apabila nafsu ikut bermain dalam perasaan ini
Ukhti
Biarlah rinduku padamu kuungkapkan pada ayat-ayat suci-Nya, Biarlah rasa ini hanya terucap dan terungkap dalam munajatku pada-Nya.
Ada harapan... Ada keinginan... bila telah ku menemukanmu, Untuk megungkapkannya padamu dan segera menghitbahmu (Insya Allah), dalam do'aku telah kubisikkan sebaris namamu wahai ukhti (nama yang belum aku ketahui, yang kupinta wanita yang baik agamanya). Tapi... adakah seorang lelaki sholih yang telah mengkhitbahmu...? Jika belum, izinkanlah aku yang sedang belajar menjadi sholih ini mengkhitbahmu dan menikah denganmu. Sudikah engkau menemaniku mencapai tujuanku, li-abdillah, li-tho'atillah, li-tholabi ridholloh, dalam menyempurnakan separuh agamaku...? menjadi istriku, menjadi ibu dari anak-anakku dan anak-anak kita ?. Dan bersediakah engkau menjadi pendampingku di Dunia yang hanya sementara ini, dan di Akhirat (surga) yang selama-lamanya nanti...?
Semoga nanti Allah mempertemukan kita dengan cara-Nya dengan cara yang dirahmati-Nya. Amin.
0 comments
Post A Comment